Icha Untari Meidji, S.Si., M.Sc. Paparkan Mikrozonasi Kerentanan Seismik Menggunakan Metode HVSR

Oleh: Meilan Demulawa . February 27, 2025 . 16:53:51

Kegiatan PSI Talk 2025 yang diselenggarakan oleh Physics Society of Indonesia (PSI) Cabang Gorontalo bekerja sama dengan Jurusan Fisika Universitas Negeri Gorontalo kembali berlanjut pada 27 Februari 2025 dengan sesi paralel yang menghadirkan berbagai pemakalah dari bidang fisika dan kebencanaan. Pada sesi tersebut, dosen Jurusan Fisika Icha Untari Meidji turut mempresentasikan hasil penelitiannya yang berjudul “Mikrozonasi Percepatan Getaran Tanah Maksimum dan Indeks Kerentanan Seismik Menggunakan Metode HVSR Kecamatan Mantikulore Provinsi Sulawesi Tengah”.

Dalam paparannya, beliau menjelaskan urgensi kajian kerentanan seismik di wilayah Sulawesi Tengah yang memiliki kondisi geologi kompleks dan rentan terhadap guncangan gempa bumi. Berdasarkan data yang dipaparkan, Kecamatan Mantikulore tersusun oleh sedimen tebal yang tidak kompak sehingga mudah mengalami amplifikasi gelombang seismik, kondisi yang memperbesar risiko kerusakan ketika terjadi gempa. Temuan ini menegaskan pernyataan ahli geologi yang menyebutkan bahwa wilayah sedimen di Sulawesi Tengah memiliki potensi bahaya tinggi.

Materi yang dipresentasikan mencakup penggunaan metode Horizontal to Vertical Spectrum Ratio (HVSR) untuk menganalisis 83 titik pengukuran, dengan data pendukung berasal dari BPBD dan nilai Vs dari USGS. Melalui metode ini, diperoleh frekuensi dominan rendah (F0 < 2,5 Hz) pada sebagian besar titik pengukuran, mengindikasikan bahwa lapisan tanah tergolong Tipe I dengan ketebalan sedimen lebih dari 30 meter. Kondisi tersebut berpotensi menghasilkan penguatan gelombang yang signifikan. 

Selain itu, Icha Untari Meidji memaparkan peta amplifikasi dan indeks kerentanan seismik (Kg) Kecamatan Mantikulore. Nilai Kg bervariasi, dengan nilai tertinggi mencapai 57,204 pada wilayah pesisir seperti Layana, Tondo, dan Talise. Daerah dengan indeks kerentanan tinggi umumnya berada di kawasan pedataran aluvial dekat pantai, yang merupakan zona berisiko tinggi terhadap kerusakan akibat guncangan gempa. Sementara itu, beberapa wilayah perbukitan menunjukkan indeks kerentanan rendah, sejalan dengan ketebalan sedimen yang lebih kecil.

Presentasi tersebut mendapat perhatian besar dari peserta karena relevansinya dengan upaya mitigasi bencana di Sulawesi Tengah, terutama pasca rangkaian gempa yang melanda kawasan tersebut beberapa tahun terakhir. Peserta aktif berdiskusi mengenai pemanfaatan hasil mikrozonasi dalam penataan ruang, mitigasi struktural, dan perencanaan pembangunan daerah rawan gempa.

Dengan kontribusi ilmiah dari Icha Untari Meidji, PSI Talk 2025 semakin menegaskan perannya sebagai forum akademik yang mendorong kolaborasi riset serta peningkatan pemahaman terhadap risiko kebencanaan di Indonesia. Kegiatan sesi paralel hari kedua ini menjadi wadah penting untuk membangun kesadaran ilmiah dan memperkuat kesiapsiagaan publik terhadap ancaman gempa bumi.

Agenda